Kepala Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Magelang, Eko Triyono, Minggu mengatakan, sejumlah dusun tersebut antara lain berada pinggiran aliran Sungai Pabelan, Lamat, Blongkeng, Putih, Batang, dan Sungai Krasak.
<!-- more -->readmore
Ia mengatakan, ratusan dusun itu berada di wilayah Kecamatan Dukun, Srumbung, Salam, Muntilan, dan Mungkid dengan jumlah warga sekitar 85.924 jiwa. "Kami meminta warga di sepanjang aliran sungai yang berhulu di Gunung Merapi itu untuk selalu waspada terhadap bencana banjir lahar dingin," katanya.
Menurut dia, penyuluhan waspada terhadap banjir lahar telah dilakukan kepada masyarakat sejak pertama kali erupsi Merapi terjadi, namun saat itu baru dilakukan di desa yang masuk kawasan rawan bencana (KRB) III Merapi.
Ia mengatakan imbauan waspada banjir lahar dingin telah dilakukan kepada pengungsi sebelum mereka kembali ke rumah masing-masing.
Selain imbauan waspada ancaman banjir lahar, katanya, warga juga harus tetap waspada terhadap aktivitas Merapi mengingat penurun status awas ke siaga pada erupsi tahun 2006, pernah naik lagi menjadi awas kurang dari 24 jam.
Saat itu warga yang telah pulang ke rumah harus kembali lagi ke tempat pengungsian. Ia berharap penurunan status awas ke siaga ini benar-benar kondisi Merapi memang sudah aman, tidak fluktuatif meningkat menjadi awas. Namun, kalau banjir lahar terjadi dan mengancam keselamatan jiwa dan harta benda, warga yang sudah pulang diharapkan mau mengungsi.
Eko mengatakan, pengungsi telah diizinkan pulang sejak Jumat, namun banyak pengungsi yang baru pulang pada hari Minggu, karena mereka menggelar acara perpisahan, kerja bakti membersihkan lokasi pengungsian dan sebagainya sebelum kembali ke rumah masing-masing.
Berdasarkan data di Posko Induk Penanggulangan Bencana Merapi Kabupaten Magelang, pengungsi yang pulang hari Minggu antara lain mereka yang menempati Gedung DPRD Kabupaten Magelang sebanyak 225 orang dari Desa Tegalrandu, sebanyak 683 pengungsi di Balai Desa Bumirejo dan SDN 02 Bumirejo pulang ke Desa Paten, Dukun.
Kemudian yang menempati tempat pengungsian sementara (TPS) di Congkrang sebanyak 300 jiwa pulang ke Srumbung, TPS Tamanagung sebanyak 545 warga pulang ke Mranggen, Srumbung, dan TPS Sukorini sebanyak 98 warga juga pulang ke Mranggen.
<!-- more -->readmore
Ia mengatakan, ratusan dusun itu berada di wilayah Kecamatan Dukun, Srumbung, Salam, Muntilan, dan Mungkid dengan jumlah warga sekitar 85.924 jiwa. "Kami meminta warga di sepanjang aliran sungai yang berhulu di Gunung Merapi itu untuk selalu waspada terhadap bencana banjir lahar dingin," katanya.
Menurut dia, penyuluhan waspada terhadap banjir lahar telah dilakukan kepada masyarakat sejak pertama kali erupsi Merapi terjadi, namun saat itu baru dilakukan di desa yang masuk kawasan rawan bencana (KRB) III Merapi.
Ia mengatakan imbauan waspada banjir lahar dingin telah dilakukan kepada pengungsi sebelum mereka kembali ke rumah masing-masing.
Selain imbauan waspada ancaman banjir lahar, katanya, warga juga harus tetap waspada terhadap aktivitas Merapi mengingat penurun status awas ke siaga pada erupsi tahun 2006, pernah naik lagi menjadi awas kurang dari 24 jam.
Saat itu warga yang telah pulang ke rumah harus kembali lagi ke tempat pengungsian. Ia berharap penurunan status awas ke siaga ini benar-benar kondisi Merapi memang sudah aman, tidak fluktuatif meningkat menjadi awas. Namun, kalau banjir lahar terjadi dan mengancam keselamatan jiwa dan harta benda, warga yang sudah pulang diharapkan mau mengungsi.
Eko mengatakan, pengungsi telah diizinkan pulang sejak Jumat, namun banyak pengungsi yang baru pulang pada hari Minggu, karena mereka menggelar acara perpisahan, kerja bakti membersihkan lokasi pengungsian dan sebagainya sebelum kembali ke rumah masing-masing.
Berdasarkan data di Posko Induk Penanggulangan Bencana Merapi Kabupaten Magelang, pengungsi yang pulang hari Minggu antara lain mereka yang menempati Gedung DPRD Kabupaten Magelang sebanyak 225 orang dari Desa Tegalrandu, sebanyak 683 pengungsi di Balai Desa Bumirejo dan SDN 02 Bumirejo pulang ke Desa Paten, Dukun.
Kemudian yang menempati tempat pengungsian sementara (TPS) di Congkrang sebanyak 300 jiwa pulang ke Srumbung, TPS Tamanagung sebanyak 545 warga pulang ke Mranggen, Srumbung, dan TPS Sukorini sebanyak 98 warga juga pulang ke Mranggen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar